Halaman

Rabu, 28 September 2011

Foto Identitas Pelaku Bom Solo|Berita Bom digereja Bethel|Teror Bom



Foto Identitas Pelaku Bom Solo|Berita Bom digereja Bethel|Teror Bom, Identitas pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, pada Minggu siang kemarin 25 September 2011, sudah dikantongi polisi. Kini polisi tinggal menunggu hasil tes DNA.

"Kami sudah mengetahui identitas pelaku, namun masih menunggu hasil tes DNA," kata Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo usai mengikuti acara penanaman pohon di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Mabes TNI di Sentul, Jawa Barat, Senin 26 September 2011.

Tes DNA pelaku bom bunuh diri di Solo itu akan dilakukan sepenuhnya oleh RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Jasad pelaku bom bunuh diri itu sudah tiba di RS itu pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB. "Mudah-mudahan besok sudah bisa kami sampaikan kepada masyarakat," kata mantan Kapolda Metro Jaya ini. Publikasi dari polisi itu menunggu hasil tes DNA tim dokter.

Timur mengimbau masyarakat menunggu hasil tes DNA dari polisi untuk memastikan identitas jasad pelaku bom.

Wajah pelaku bom bunuh diri Solo itu memang agak mirip dengan salah satu buron bom Cirebon yang bernama Ahmad Yosepa Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo alias Hayat. Dalam jaringan Cirebon itu, Hayat termasuk pelaku yang siap meledakkan diri . (Soal kisah si Hayat ini selengkapnya baca di sini.)

Horor di Cirebon itu meledak 15 April 2011. Bom jahanam itu diledakkan di Masjid Polresta Cirebon ketika jemaah sedang Sholat Jumat. Syarief, si pelaku bom bunuh diri itu tewas ditempat. Sejumlah orang luka parah termasuk Kapolres Cirebon AKBP Herukoco.  Sang Kapolres seperti habis berbaring di ranjang berpaku. Sejumlah pecahan benda tajam, dan mur melesak ke bawah  kulit, di sekujur badan bagian belakang. (Baca Teror Baru Jihad Induvidu)

Asep Jaja, yang lama di Mindanao dan kini dipenjara karena menyerang pos polisi di Seram, kepada VIVANews yang mewawancarainya 22 April 2011, menuturkan bahwa kelompok Cirebon itu kemungkinan mengunakan siasat "bakar sampah".

"Mereka pikir sampah kalau dibakar di sana-sini terus menerus, lama-lama akan habis," kata Asep.  Persoalannya, lanjut Asep, cara itu bisa efektif kalau sampahnya sedikit, bukan segede gunung, apalagi ini tiap hari makin banyak orang yang buang sampah. Belum habis sampahnya, sudah nambah lagi. "Nah, mereka menganut pandangan-pandangan seperti ini karena mereka kurang memahami waqi" katanya. (Baca wawancara dengan Asep di sini)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa pelaku bom  bunuh diri Solo itu terkait dengan jaringan Cirebon itu. Si Hayat itu sesungguhnya pernah nyaris dibekuk polisi di hutan Cirebon beberapa waktu lalu.

Hayat kabur saat polisi membekuk dua rekannya di hutan Setana, Blok Silepen, Desa Sidawangi, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon pada Sabtu 18 Juni 2011. Hayat dan empat orang lainnya diduga sedang latihan militer di lokasi itu.

Bom bunuh diri di Solo menewaskan satu orang, si pelaku. Sebanyak 28 orang lainnya mengalami luka-luka. Dua orang diantaranya mengalami luka parah karena ada serpihan bom yang menancap di bagian otak. Dua korban kritis itu akhirnya berhasil dioperasi.

Tas pelaku pemboman di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, telah disita oleh pihak kepolisian. Tas berwarna hijau tersebut ditiitipkan pelaku ke penjaga warnet Solonet. Warnet itu sempat dikunjungi pelaku sebelum melakukan aksi bom bunuh diri.

Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Djihartono, mengatakan bahwa tidak ditemukan bahan peledak sama sekali di dalam tas pelaku. “Tas berisi Al-Quran, potongan koran, pulpen, minyak wangi, dan sisir. Tak ada bahan pembuat bom di situ,” kata Djihartono saat dihubungi VIVAnews, Senin 26 September 2011.

Minggu, 25 September 2011 kemarin, bom bunuh diri meledak di Gereja Kepunton, Solo, menjelang tengah hari. Saat itu gereja sedang dipenuhi oleh jemaat yang sedang melakukan kebaktian. Bom meledak hanya beberapa saat sebelum kebaktian usai. Pelaku pemboman tewas di tempat, dengan tubuh bagian dada ke bawah hancur. Namun kepalanya utuh, dan wajahnya bisa dikenali dengan baik.

Pendeta GBIS Kepunton, Wim Agwin, mengatakan bahwa pelaku menyelinap ke dalam gereja lewat pintu samping, sesaat sebelum kebaktian usai. “Lewat rekaman CCTV, pria yang diduga pelaku itu masuk dari pintu samping, lalu berjalan ke arah depan pintu, dan meledakkan diri di sana,” kata Pendeta Wim.

Rekaman CCTV itu serupa dengan kesaksian pemilik warung di samping gereja. Pemilik warung menuturkan, pria yang diduga pelaku pemboman dan kemudian tewas itu, berkeliaran mondar-mandir di samping gereja selama kebaktian berlangsung di dalam gereja.

Tidak ada firasat buruk apapun di benak Susana Budiyati (41) saat melangkahkan kakinya untuk beribadat rutin ke Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, pada Minggu siang kemarin 25 September 2011. Siang itu, ledakan keras terjadi di dekat pintu gereja. Tepat sekitar tiga langkah di belakangnya.

"Bom meledak sekitar tiga langkah di belakang saya," kata Susana Budiyati saat ditemui VIVAnews.com di RS Dr Oen, Solo, Jawa Tengah, Senin 26 September 2011.

Ledakan keras terdengar menggelegar. Susana pun terkena serpihan-serpihan dari bom bunuh diri yang diduga dilakukan buron bom di Markas Polresta Cirebon, Jawa barat. Saat bom meledak, Susana sedang menghadap keluar.

Serpihan bom itu menancap di paha kiri Susana. "Kemungkinan ini serpihan mur," kata Susana yang ditemani kakak kandungnya di rumah sakit ini. Saat ini, Susana masih trauma dan terlihat pucat. Dia tidak banyak menjawab pertanyaan.

Serpihan bom yang menancap di paha kiri Susana rencananya sudah diangkat melalui operasi kemarin. Tetapi, karena jadwal operasi tim dokter sangat padat, operasi urung dilakukan.

"Rencananya operasi hari ini," kata dia. Meski menjadi salah satu dari 27 korban bom bunuh diri di Solo, Susana tidak dendam. "Saya telah memaafkan pelaku. Saya pasra kepada Tuhan."

Saat ini jasad pelaku bom Solo sudah tiba di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Identifikasi polisi dilakukan di Jakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Loading